Jumat, 06 Januari 2012

Resensi Buku NASIONAL.IS.ME

Data Buku:
Judul: Nasional.Is.Me
Penulis: Pandji Pragiwaksono
Penerbit: Bentang Pustaka
Penyunting: Ikhdah Henny
Pemeriksa Aksara: Nunung
Tebal: xiv + 330 hlm
Harga: Rp54.000
Rilis: Juli 2011 (Cet. I)
ISBN: 9786028811538


Selain untuk tugas sekolah/kampus dulu, saya hanya 1x pernah mereview buku non fiksi. Bukannya gak suka sama buku kayak begini, tapi masalahnya saya memang gak tau bagaimana membuat review yang benar untuk kategori non fiksi.
Namun ada sesuatu di buku ini yang menggerakkan saya untuk mencoba membuat review. Sesuatu yang akan saya sebutkan di akhir postingan ini.
Saya selalu berpendapat semua rakyat Indonesia cinta kok kepada tanah air-nya ini. Sayang, kebobrokan dan beratnya hidup yang dijalani di negeri tercinta ini membuat  sebagian besar dari mereka menjadi pahit dan pesimis pada negeri ini. Saking banyaknya yang pesimis, bila masih ada yang optimis dengan negara ini justru dianggap anomali dan diajukan pertanyaan seperti : “Apa sih yang bikin loe masih optimis sama negara ini?”
Buku ini adalah jawaban seorang Pandji terhadap pertanyaan tersebut.
Menurut Pandji, semua tindakan atau keputusan yang kita pilih berdasar pada wawasan kita. We are what we know. Dan seandainya mereka yang pesimis itu tahu tentang Indonesia seperti yang diketahui Pandji, maka mereka tentu akan sama optimisnya dengan dia. Pandji menulis buku ini dengan harapan bahwa lebih banyak lagi orang yang tahu tentang Indonesia. Karena buku ini memang untuk Indonesia.
“Cinta adalah hal terakhir yang mutlak kita bisa berikan kepada anak kita, ketika kita tidak bisa, tidak kuasa memberikan apa pun lagi”
(hal 151)
Wawasan tentu saja didapat dari pengalaman dan pembelajaran.
Untuk itulah pada bab “Dari Sabang Sampai Merauke”, Pandji berbagi wawasannya tentang Indonesia. Dia berpendapat : tidak boleh kita membenci sesuatu yang tidak kita pahami. Tapi lucunya, kebanyakan dari mereka yang pesimis tentang Indonesia malah belum pernah melihat Indonesia secara luas. Kebanyakan mereka hanya pernah ke sekitaran pulau Jawa atau paling jauhnya: Bali. Satu kalimat Pandji yang sangat mengena :“Bagaimana mereka bisa bilang benci Indonesia kalau yang mereka tahu tentang Indonesia hanyalah dari apa yang mereka baca di media dan tonton di TV.” (hal 88)
Melalui bab ini Pandji menunjukkan dengan nyata bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, bukan juga hanya Jawa dan Bali. Bahwa seluruh daerah di Indonesia bisa kita banggakan sama besarnya seperti kita membanggakan Bali.
Bab ini adalah favorit saya.
Saya juga cinta dan bangga banget sama negara ini. Dan saya selalu ingin membagi sisi lain Indonesia kepada banyak orang. Karenanya senang sekali melihat seorang dengan pengaruh besar seperti Pandji (follower twitternya lumayan banyak lho) melakukan sesuatu yang belum mampu saya lakukan. Mudah-mudahan saja, sehabis membaca buku ini makin banyak rakyat Indonesia yang lebih tertarik menjelajahi negaranya ketimbang menghabiskan uang untuk berburu diskon di negara tetangga.
Dan bab ini juga semakin memantapkan niat saya untuk melihat Indonesia secara langsung dari ujung ke ujung. So far sih baru sampai Maluku. Doakan semoga bisa sampai Papua ya \(^o^)/
“Dengan segala potensi yang dimiliki bangsa ini, siapa yang tidak optimis dengan Indonesia? Wong orang luar negeri saja optimis kok dengan Indonesia.”
(hal 204)
Pada bab “Dari Sebuah Krisis Sampai Pada Perasaan Optimis” Pandji menyinggung tentang ekonomi Indonesia. Bab ini berangkat dari sebuah pertanyaan yang juga dipertanyakan banyak orang :”Apa yang salah dengan perekonomian Indonesia?” Untuk menjawab pertanyaan ini, Pandji menghadirkan para pakar di bidang ekonomi, yang memberi tahu letak kekurangan sekaligus kekuatan ekonomi Indonesia. Suatu bahasan yang menarik dan mudah dicerna.
Bagian terpenting dari buku ini mungkin ada di bab “Dari Sebuah Keyakinan Sampai Sebuah Keraguan”. Pada bab ini, Pandji mengungkapkan sejarah kelam Indonesia dan bagaimana sebuah fakta dipuntir demi keuntungan golongan tertentu. Juga kebusukan – kebusukan terpendam negara ini yang tak disadari oleh banyak orang.
Mengapa Pandji mengungkit ini? Karena dia ingin memberi kesempatan pada pembacanya untuk ragu. Keraguan akan membuat seseorang mempertanyakan keyakinannya. Orang yang kembali dari keraguannya akan memiliki keyakinan yang lebih kuat. Dan karenanya mereka akan memiliki cinta yang lebih penuh serta tekad yang lebih kuat untuk berjuang.
“Setelah apa yang Anda tahu akan Indonesia. Baik dan buruknya. Kini waktunya Anda untuk pertanyakan kepada diri Anda sendiri. Apakah saya (masih) mencintai Indonesia?”
(Hal 287)
Sebuah cinta tentu tak akan berarti tanpa tindakan untuk membuktikannya.
Actions speak louder than words rite?
Begitu pula dengan rasa cinta terhadap Indonesia. Karena cinta, kita pasti ingin melihat Indonesia menjadi bangsa yang hebat. Pandji memberikan 3 hal yang bisa kita lakukan untuk membantu Indonesia. Salah satunya adalah berkarya untuk masa depan bangsa. Berkarya dan menciptakan perubahan.
Bagaimana caranya?
Masing-masing pasti punya cara sendiri yang sesuai dengan kemampuan. Pandji memilih berkarya melalui hiphop, C3, program Satu Tiang Satu Tahun dan Donor Tetap. Mungkin ada yang menganggapnya pamer karena menuliskan kegiatannya secara blak-blakan di buku.
Tapi bagi saya sih enggak. Bagi saya, alasan Pandji menulisnya karena berharap ada yang terinspirasi dengan gerakannya dan mau melakukan hal yang serupa. Atau bisa juga sebagai tantangan terselubung. Dia seakan bilang: “Ini yang udah gw lakukan untuk Indonesia. Gimana dengan loe?”
“Mengubah hari ini, bisa jadi sudah terlambat. Pertanyaannya, maukah Anda jadi orang yang mengubah masa depan? Maukah?”
(Hal 327)
Membaca buku ini rasanya seperti makan gado-gado. Campur aduk tapi enak. Ada perasaan bangga, senang, terharu dan bersemangat. Serta perasaan untuk menularkan virus buku ini pada orang lain. (^_^)
Sekarang saya mau bahas alasan saya me-review buku ini.
Jadi gini…
Buku ini bermula dari sebuah e-book yang diposting di sini (Silakan download. Legal kok). E-book ini ternyata mendapat respon luas dan diunduh hampir 13.000 kali. Setelahnya, mulai banyak yang meminta agar buku ini hadir dalam bentuk fisik. Bagi Pandji, mencetak buku ini dalam bentuk fisik saja tidaklah cukup. Dia ingin agar buku ini bisa sampai kepada mereka yang tidak punya akses terhadap internet. Sayangnya, mereka yang tidak melek internet biasanya juga kurang maju di sisi ekonomi.
Adalah Bentang Pustaka dan Putera Sampoerna Foundation yang membantu Pandji mewujudkan keinginannya melalui program “Beli Satu Sumbang Satu”. Maksudnya, setiap satu orang yang membeli buku Nasional.Is.Me maka dia telah menyumbangkan satu buku ini kepada saudara kita di pelosok sana yang haus informasi namun kekurangan akses.
Menurut saya, program ini bagus banget. Hanya dengan 1 buku ini, kita sudah bisa melaksanakan pesan yang tersirat di buku ini yaitu : menjadi agen perubahan untuk Indonesia. Hanya dengan 1 cara yang simple dan menyenangkan yaitu beli buku  .
Karenanya, saya tergerak membuat review ini. Semoga saja akan ada yang tertarik membeli bukunya pasca membaca review ini. Yah semoga… (iya…emang ngarep kok  )
Saya suka cover-nya. Warna merah dengan tulisan berwarna putih. Indonesia banget. Cocok banget dengan judulnya. (^_^) Dan saya juga suka font pada cover-nya. Font apa sih itu? *wondering*
Tentang rating, melihat isinya saya mau kasi 4 bintang.
Tapi saya terkesan dengan program “Beli Satu Sumbang Satu”-nya dan memutuskan untuk memberi 5 bintang. Karena kita bisa saja menemukan buku-buku inspiratif lainnya, tapi tak banyak buku yang bisa membuat kita turut menjadi agen perubahan. Dan buku yang seunik ini layak diganjar nilai sempurna kan?
Makanya…beli dong buku ini

1 komentar:

  1. Saya lg cari buku-buku yg segenre sama buku Nasional.is.me nya Pandji, kira-kira apa aja ya? Thanks :)

    BalasHapus